Mahout atau Pawang Gajah (bag. I)

Kata Mahout berasal dari kata-kata Hindi mahaut dan mahavat, artinya adalah seseorang yang mengendarai gajah (Pawang Gajah). -Sumber wikipedia-

Mahout Nurdin MarbunGajah yang dikoleksi oleh Taman Satwa Kandi menjadi objek satwa paling menarik bagi sebagian besar pengunjung. Tidak hanya bisa dilihat, namun binatang langka yang berjumlah 4 ekor tersebut bisa dinaiki karena telah jinak. Bahkan ketika mahout atau pawang gajah memerintahkan gajah bergoyang, dengan patuh para gajah melakukan gerakan mengikuti musik yang didengar sehingga memancing gelak tawa pengunjung.

Mahout Mahdian Nasution dan Eko Prima HeriBukan perkara mudah untuk dapat membuat gajah patuh akan perintah Mahout. Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa menjadi pawang, perlu latihan ekstra keras dan bersikap sabar. Mahout juga harus melakukan pendekatan secara bersahabat ketika beradaptasi dengan gajah. Sebuah alat biasanya dibawa oleh Mahout (pawang) untuk mengendalikan gajah. Alat tersebut adalah rantai dan sebuah logam tajam seperti kail (Gancu). Kadang jika hubungan antara Mahout dan gajah yang dipeliharanya sudah dekat, bisa diperintahkan hanya melalui panggilan suara saja.

Dari cerita para Mahout Taman Satwa Kandi, pada awal menjadi pawang gajah rata-rata mereka masih mempunyai rasa takut, namun perasaan takut harus ditekan begitu menaiki gajah untuk pertama kali. Tak jarang gajah-gajah menguji nyali para Mahout pemula. Dengan berbagai cara para gajah tersebut mencoba menjatuhkan Mahout pemula dari punggungnya.

Mahout Mahdian Nasution Mahdian Nasution bertutur, ketika pertama kali dirinya menjadi pawang, gajah peliharaannya sempat melarikannya hingga ke tengah hutan yang penuh semak belukar. Namun Dian, sapaan Mahout berusia 29 tahun tersebut, berkeyakinan apabila hingga 3 kali gajah tidak juga berhasil menjatuhkan Mahout pemula kemungkinan besar Mahout tersebut bisa mengendalikan gajah peliharaannya. Tidak peduli bagaimanapun bentuk fisik para Mahout ini. Seorang Mahout di Taman Satwa Kandi, yang berperawakan kecil juga sangat dipatuhi oleh gajahnya, dia adalah “Nurdin Marbun” Mahout yang memelihara gajah terbesar (Gajah Jeki) di Taman Satwa Kandi.

Secara rutin, kegiatan para Mahout selain memberi makan adalah memandikan gajah sebanyak 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Danau Tandike yang berada di Kawasan Wisata Kandi dimanfaatkan untuk tempat memandikan gajah-gajah tersebut. Sewaktu memandikan gajah, Mahout menjadi ikut basah seluruh bagian tubuhnya karena harus berendam di dalam danau ketika menggosok punggung gajah.

Mahout menandai bahwa Gajah jantan secara berkala mengalami lonjakan hormon yang dikenal sebagai musth. "Musth" adalah kata Hindi yang berarti 'mabuk'.Hal ini dapat berlangsung hingga enam puluh hari. Pada saat mengalami musth, Mahout mengeluhkan bahwa gajah menjadi sulit untuk di kontrol dan dikendalikan. Belajar dari pengalaman, para Mahout menarik kesimpulan bahwa ketika gajah jantan dalam keadaan "musth," cara efektif untuk mengendalikan gajah adalah dengan membuat gajah lemah. Trik yang dilakukan yaitu mengurangi porsi makan dari biasanya. Untuk alasan ini, pawang terpaksa mempersingkat durasi gajah jantan 'musth dengan mengikat gajah dengan pohon yang kuat untuk melemahkan keagresifannya selama 5-7 hari. Pada saat itu gajah jantan tidak diberi makan pelepah kelapa (makanan utama gajah) namun agar gajah tidak kelaparan, tetap diberi rumput-rumput dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Selain itu sewaktu kunjungan ke Taman Satwa Kandi lengang, mahout melakukan berbagai aktifitas untuk melatih ketrampilan gajah-gajah mereka.

0 Response to "Mahout atau Pawang Gajah (bag. I)"

Post a Comment

MAAF KOMENTAR SPAM KAMI HAPUS